RADEN Mas Ngabehi Ronggowarsito. Demikian nama salah seorang pujangga terkenal yang pernah menorehkan jejak gemilang dalam kesusastraan Jawa di abad 19. Namanya senantiasa dikenang sebagai pujangga besar yang karya-karyanya tetap abadi hingga kini.
"WAWASAN LELAKU"
Sifat "Awas dan Waspada", itu merupakan rumusan atau tuntunan dalam menggapai kebenaran. Sifat Awas ibarat "Senjata" dan sifat Waspada ibarat "Perisai" .. Bila keduanya dapat di di cerminkan dan di wujudkan, maka segala rintangan atau halangan yang menghadang .. Insya Allah pasti bisa di halau ..
Jumat, 30 September 2011
Minggu, 11 September 2011
DHARMAWASITA - PUPUH MIJIL
- Wulang estri kang wus pala krami.
lamun pinitados.
amengkoni mring bale wismane.
among putra maru sentanabdi.
den angati-ati.
DHARMAWASITA - PUPUH KINANTHI
- Dene wulang kang dumunung.
pasuwitan jalu estri.
lamun sregep watekira.
tan karya gela kang nuding.
pethel iku datan dadya.
DHARMAWASITA - PUPUH DHANGDHANGGULA
- Mrih sarkara pamardining siwi
winursita denira manitra
nujwari Selasa Wage
triwelas sasi Mulud
kasanga Dal sengkaleng warsi
NITISRUTI PUPUH PUNCUNG
- Kang sinebut ing gesang ambeg linuhung,
kang wus tanpa sama,
iya iku wong kang bangkit,
amenaki manahe sasama-sama.
Yang disebut memiliki sifat luhur dalam hidup
ALAMAT MENGENAL DIRI
Perbendaharaan unsur kimia yang kita kenal saat ini, tidak akan pernah kita jumpai pada perbendaharaan kata kebanyakan orang yang hidup di sekitar kita (masyarakat awam). Adanya di perbendaharaan para ahli-ahli fisika yang mengurai dalam bahasan tentang perumusan molekul yang menjadi dasar unsur kimia.
Rabu, 07 September 2011
MENANG DAN KALAH
"Seseorang boleh kehilangan harta kekayaan, akan tetapi jangan sampai kehilangan belas kasihan dan rasa kasih sayang. Di balik senyum kemenangan, seringkali muncul setetes air mata kekalahan."
Pada dasarnya, kehidupan ini tak bisa lepas dari 2 unsur. Yaitu unsur kasih dan unsur sayang. Unsur kasih itu di ibaratkan sebagai rembulan dan unsur sayang itu di ibaratkan sebagai Nur (cahaya).
Sedangkan rasa belas kasihan itu terwujud dari 2 unsur tersebut, dimana keduanya selalu mendampingi demi mewujudkan makna yang sebenarnya.
Antara Kasih (rembulan) dan sayang (Nur/cahaya) itu merupakan satu kesatuan yang utuh, dan hubungan keduanya tak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, walau dalam posisi berbeda tapi keduanya selalu menunjang dan saling melengkapi.
Kalau saja kedua unsur tersebut dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang menjadi ketetapan-Nya, sudah dapat di pastikan .. Keseimbangan langkah kebenaran akan segera tercipta dan dapat diwujudkan serta dapat merintis jalur hidup yang sesungguhnya.
Disamping menjadi kunci keseimbangan dalam hidup, Kedua unsur tersebut juga merupakan sebuah filter (saringan) untuk membina atau membentuk Iman yang tertanam semenjak insan terlahir di dunia ini. Dalam artian Iman yang di dasari oleh rasa belas kasihan.
Bertenggernya sang Rembulan (kasih) tanpa didampingi oleh cahaya (sayang) akan terlihat suram dan gelap. Walaupun rembulan itu tampak indah dan mempesona, tapi tanpa cahaya. Keindahan yang dimilikinya tak akan terlihat, justru akan terlihat menyeramkan. Kesuraman dan kegelapan yang tercipta pasti akan membawa petaka dan bencana. Boleh jadi kesuraman itu sendiri muncul dari ketidaktahuan yang membawanya berjalan atas dasar hawa nafsu belaka. Tanpa memikirkan sebab dan akibat. Ibarat memiliki bentuk tetapi tyidak mengetahui akan wujud dan fungsinya.
Dan juga sebaliknya, Cahaya tanpa didampingi oleh sang rembulan, akan terlihat hampa dengan bias yang memancar tanpa arah dan tujuan.
Kehampaan yang di hasilkan oleh arah yang tak teratur, pasti akan membawa langkah yang salah, dimana posisi yang ada akan dibuat menjadi tak karuan.
Dimana yang salah akan menjadi benar, sedangkan yang benar akan dibuat menjadi remang-remang. Hal ini di akibatkan oleh penyinaran dari cahaya yang tidak tahu guna dan resikonya.
Padahal sebagian besar alur kehidupan ini berasal dan senantiasa bercermin atas dirinya seta berjalan atas penyinarannya.
Bila penyinarannya itu tertujuh bukan pada tempatnya, maka sudah dapat dipastikan, kehancuran akan segera terjadi atau terwujud dalam kehidupan ini. Hidup yang pada awalnya terlihat indah dan menarik, pada akhirnya akan menjadi berantakan tak karuan.
Unsur kasih dan sayang, menjilma dari kesadaran seseorang dan tidak dapat dipaksakan oleh siapapun, karena kesadaran tersebut tercetus dari keimanan yang ditanam dari hasil perjuangan yang dilakukan oleh insan.
Harta kekayaan baru bisa dikatakan berguna, apabila unsur (rasa) kasih dan sayang mengiringi perjalanan harta kekayaan yang di perjuangkan (dikeluarkan demi membentuk iman) dan juga atas dasar rasa belas kasihan yang sesuai dengan Ukuwah Islamiyah.
Tapi apabila insan lebih suka dipermainkan oleh harta kekayaan dari pada rasa kasih dan sayang, apalagi pada diri insan tidak memiliki rasa belas kasihan, maka dapat di pastikan mereka akan mengalami celaka dan laknat.
Pengaruh harta kekayaan memang cukup berat dan menggiriskan, karena jarang sekali yang dapat mengendalikan atau menghindar dari pengaruh rayuannya. Bila sudah mulai menjebak atau mempengaruhi, maka akan sulit sekali bagi insan untuk melepaskannya ataupun untuk menghindarinya. Walaupun pada akhirnya harta kekayaan itu habis dan musnah, tapi pengaruhnya masih tetap ada dan selalu mengibarkan keinginan yang diluar kemampuan insan.
Banyak sudah kehancuran yang di sebabkan oleh harta kekayaan, dan kadangkala yang melakukan atau yang mengalaminya tidak merasa atau menyadari akan pengaruh dari harta kekayaan yang mereka miliki. Yang penting bagi mereka adalah kepuasan dari keinginan yang senantiasa terkabulkan.
Menikmati harta kekayaan tanpa mengindahkan rasa belas kasihan, akan dapat membelenggu kesadaran seseorang dan dapat pula mengikis keimanan yang mereka tanam dan yang mereka bentuk sejak lama. Dan tentang perjuangan yang seharusnya mereka tempuh, seakan sudah terlupakan. Yang ada dalam benaknya hanyalah menang dan menang, tanpa memperdulikan kesengsaraan yang ada di dekatnya.
Insan seperti ini selalu saja mengharap akan kemenangan tanpa harus berjuang apalagi berkorban.
Sungguh amat kasihan bagi insan yang lebih suka dipermainkan oleh hawa nafsu yang ada pada dirinya, sampai kapanpun kepuasan yang mereka inginkan atau yang mereka harapkan tak akan pernah mereka dapatkan. insan yang demikian, pastilah merasa Kurang dan kurang dan mereka tak segan-segan untuk menempuh jalan pintas yang membuat diri mereka bangga. walau dalam kenyataanya banyak yang dikorbankan demi menggapai hasratnya.
Itulah yang senantiasa mereka lakukan, padahal yang mereka dapatkan hanya merupakan kesenangan semu. Yang pada akhirnya musnah dalam kenistaan.
Kesenangan apapun, apabila menyangkut kesenangan yang di pelopori oleh hawa nafsu, pastilah tidak akan ada habisnya, sekali terlaksana apa yang menjadi keinginannya, untuk selanjutnya mereka pasti ingin mengulang dan mengulangnya lagi, tanpa ada batasan yang membuat diri mereka jera dan insaf.
Walau mereka kelihatan kaya harta benda, tapi mereka miskin dalam pangerti.
Harta kekayaan merupakan simbol cobaan (kekuasaan), sedangkan pangerti merupakan simbol dari Ilmu yang didasari oleh keimanan. Memiliki Ilmu bila didasari oleh pemikiran harta benda (kekayaan), maka harta benda yang didapat akan menjadi hampa dan tak berguna. dan ilmu yang ditekunipun akan menjadi sia-sia belaka.
Memiliki ilmu walau tanpa didasari oleh pemikiran harta benda (kekayaan), maka ilmu itu akan berjalan apa adanya, sesuai dengan kehendak-Nya tanpa merasakan kesengsaraan yang menyiksa. Yang terwujud hanyalah kasunyatan.
Airmata kekalahan tidak akan pernah muncul dalam suatu kemenangan, apabila perjuangan dilakukan dengan berdasarkan tatanan dalam tuntunan (menegakkan yang benar) bukan hanya sekedar menuruti kepuasan nafsu.
Bila hal ini dapat dilakukan dan dicerminkan, maka yang menang dapat merasakan kemenangannya, sedangkan yang kalah tidak merasakan kekalahannya.
Langganan:
Postingan (Atom)